Belajar Kearifan dari Binatang
Bagaimana seorang insan sebagai hamba Allah dapat berkaca dan unik hikmah dari perilaku hewan-hewan tersebut. Menyimpulnya menjadi nilai-nilai kearifan dan kebajikan.
Belajar guna menjadi bijaksana tak mesti berguru untuk seorang filosof. Menjadi bijaksana pun tak selalu dikuras dengan melafalkan makna masing-masing masa. Tapi, menjadi bijaksana dapat diraih dengan berkaca pada kehidupan bintang-bintang yang ada di dekat kita.
Mungkin, anda telah tidak sedikit mendengar atau pun menyaksikan langsung kehidupan hewan yang penuh hikmah. Dengan caranya, hewan memang mengajarkan pada insan nilai-nilai kebaikan universal. Ia terdapat dan bertebaran dimana-mana. Syaratnya, insan harus mempunyai kepekaan dan kesadaran guna mencerapnya.
Kisah Penguin
Penguin dapat jadi ialah salah satu hewan yang sangat penuh pengorbanan. Maksudnya, penguin paling perhatian untuk anak-anaknya, bahkan rela mengorbankan nyawanya. Dramatis.
Penguin hidup di wilayah kutub yang suhunya paling dingin, dapat menjangkau minus 40 derajat Celcius. Mengapa penguin bisa hidup di wilayah kutub? Setelah diteliti, ternyata penguin memiliki tubuh yang diselimuti lapisan lemak tebal dan memiliki sistem pencernaan yang dapat memproses makanan dengan cepat. Dengan begitu, suhu tubuhnya dapat menjangkau 40 derajat Celcius sampai-sampai udara dingin di sekitarnya tidak berpengaruh.
Penguin paling perhatian untuk anaknya. Ia mengerami telur sekitar musim dingin. Penguin betina melulu bertelur satu butir. Telur tersebut kemudian dierami oleh penguin jantan. Sedangkan, penguin betina pulang ke laut dan tidak kembali sekitar empat bulan.
Selama mengerami, penguin jantan mesti menghadapi badai kutub dan tidak makan. Sebab, sumber makanan paling jauh, dampak makin luasnya gletser pada musim dingin. Sementara itu, penguin jantan tidak bisa begitu saja meninggalkan telur walau melulu sekadar menggali makan.
Saking sayangnya pada calon anaknya itu, penguin jantan rela kehilangan separuh berat badannya sebab tidak santap demi kelahiran anaknya. Sebuah pengorbanan yang paling besar dari seorang ayah penguin.
Setelah empat bulan, barulah telur tersebut mulai menetas. Pada ketika telur menetas, penguin betina tiba-tiba muncul, dan akan mendekat anaknya. Waktu empat bulan sekitar pergi, dimanfaatkan penguin betina untuk mengoleksi makanan. Kemudian, tugas juga beralih. Sekarang, giliran penguin betina mengurus anaknya.
Saat musim semi tiba, gletser mulai mencair. Lubang-lubang mulai berlahiran di tengah bongkahan es sampai-sampai ada jalan mengarah ke laut. Pasangan induk penguin ini juga mulai berburu menggali makanan.
Memberi santap si bayi ialah tugas yang berat. Kadang-kadang pasangan induk penguin tidak santap dalam masa-masa lama demi memberi santap sang anak. Saat udara paling dingin, induk penguin mengawal anaknya dengan meletakkannya di atas kaki mereka, dan menghangatkannya dengan perut mereka.
Mengapa penguin bertelur pada musim dingin dan bukan musim panas? Salah satu alasannya ialah jika bertelur pada musim panas, pertumbuhan anaknya akan dilangsungkan pada musim dingin. Pada saat tersebut laut membeku sampai-sampai semakin sulit menggali makanan.
Pribadi yang Tercerahkan
Dalam Quran pun, Allah menceritakan sekian banyak hewan yang ada dalam cerita para nabi. Seperti tongkat Nabi Musa yang menjadi ular, merpati mati yang hidup kembali, Qitmir anjing yang cerdik, lembu betina yang suci, pengorbanan ikan Nabi Nun, cerita unta betina, atau jasa burung pipit.
Cerita-cerita ini tentunya diceritakan bukan tanpa makna. Ada pesan tersirat dari cerita-cerita itu. Bagaimana seorang insan sebagai hamba Allah dapat berkaca dan unik hikmah dari perilaku hewan-hewan tersebut. Menyimpulnya menjadi nilai-nilai kearifan dan kebajikan.
Bagaikan seorang filsuf, seseorang yang dapat melakukannya, pada hakikatnya ia sudah mendidik dirinya sendiri. Mendapatkan wawasan yang luas terhadap situasi kediriannya sebagai manusia, dan menyaksikan melihat keganjilan dan absurditas kehidupan. Bagaikan buku yang senantiasa terbuka, hidup ini menanti mereka guna membuka dan menafakurinya.
Inilah yang dimaksud dengan individu yang tercerahkan. Individu yang sadar bakal nilai kemanusiaannya, lingkungannya, budayanya, dan situasi sosial masyarakat di sekitarnya. Sehingga ia mempunyai tanggung jawab sosial dan berkontribusi dalam mengolah lingkungan yang tidak sehat. Merubah masyarakat yang bobrok dan statis menjadi masyarakat yang baik dan dinamis, yang berikutnya dapat mencetuskan tokoh-tokoh besar, serta menjadi dasar untuk munculnya kemajuan yang lebih baik. Peradaban islami
Peka terhadap persoalan umat, tak melulu berkutat pada masalah-masalahnya sendiri. Cerdas dalam melihat format nyata masalah sebetulnya yang mesti dihadapi. Misalnya, kini ini umat Islam lebih tidak sedikit dibuat berkonsentrasi terhadap masa kemudian dari pada isu-isu masa sekarang dan masa depan. Bagaimana umat diciptakan memikirkan masalah jilbab vs kerudung, kapan buka puasa, tarawih berjama’ah, dan masalah masalah lainnya. Sehingga umat tidak bertanya mengenai masalah keadilan, pemerintahan yang bersih, edukasi dan kesejahteraan bikin masyarakat yang tidak mampu, peran negara dalam mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi, dan lain-lain. Akhirnya agama jadi tergerus dan jadi urusan individu tiap individu.
Pribadi yang tercerahkan bukanlah pribadi yang didapatkan dari alumni universitas terkemuka. Ia pun bukanlah dari kalangan bangsawan, priyayi atau pemegang kekuasaan. Tapi, individu tercerahkan ialah mereka yang mengembangkan seluruh kualitas positif insan secara sebanding dan proporsioanal. Kualitas tersebut dapat berupa cinta kasih, intelektual, keberanian, kejujuran atau kreatifitas.
Dan yang sangat utama, individu tercerahkan ialah mereka yang dapat merangkai dengan tepat dalil penciptaannya sebagai abdi dan khalifah. Senantiasa menyadari eksistensi Allah dalam masing-masing aspek kehidupannya, dan menyerahkan karya nyata terbaik yang bisa ia lakukan untuk dunia.
Jadi, sungguh sangat tidak sedikit sekali i’tibar (pelajaran) yang dapat anda petik dari kehidupan binatang. Entah tersebut dari semut, lebah, burung dara, ayam, kucing, buaya, berang-berang, rayap, pinguin dan masih tidak sedikit lagi.
Belajar dari mereka supaya kita tidak melupakan fitrah sebagai manusia. Makhluk yang dibuat Allah sebagai makhluk mulia dan tertinggi kedudukannya. Makhluk pengemban amanah dari-Nya. Semoga anda senantiasa menyadari fakta penting itu.
0 Response to "ADA KALANYA MANUSIA BELAJAR DARI INDAHNYA PRILAKU PINGUIN"
Posting Komentar