Menelusuri rahasia kekuatan doa

Menelusuri rahasia kekuatan doa


Doa merupakan cara seorang hamba bercengkrama dengan tuhannya. dengan doa, kita yang lemah ini memohon, mengadu dan mememinta kepada Dzat yang sudah Menciptakannya. Doa merupakan bukti kesadaran bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendakNya.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang tidak mengerti mengapa harus berdoa. Selama ini doa menjadi penyelesaian terakhir untuk seluruh masalah kita. Selagi masih dapat diatasi mengapa harus berdoa?

Terkadang manusia memandang doa merupakan alternatif kedua. Jika masih dapat berusaha, andai masih terdapat yang membantu, buat apa berdoa? Doa hanyalah opsi terakhir sesudah kita telah mentok dan tidak punya jalan lagi.

Sadar atau tidak, anda sering beranggapan seperti ini. Padahal doa tersebut mempunyai peran yang dahsyat dalam hidup kita. Tanpa adanya doa, anda akan menjadi orang yang sangat cepat putus harapan dan menjadi orang yang sangat dibenci Allah. Karena orang yang tak mau berdoa telah congkak dihadapan-Nya dan memandang kemampuannya sudah lumayan untuk meraih segala sesuatu.

Doa Adalah Langkah Pertama

Allah memang membuat hukum sebab dampak di alam ini. Siapa yang berjuang pasti bakal mendapatkan hasilnya. Namun pernahkah anda berpikir, berapa kali rencana matang yang telah kita siapkan tiba-tiba tidak berhasil  dan menelan kerugian?

Orang yang tidak mengenal doa bakal mudah putus asa dan putus harapan karena ia memandang seluruh jalan sudah ia lalui namun masih saja tidak berhasil. Dia tak sempat bahwa tidak terdapat di alam ini yang dapat mewujudkan sesuatu yang anda harapkan kecuali Allah swt.

Sementara orang mukmin, dari mula telah mempercayai bahwa seluruh yang terjadi di alam ini bergantung pada izin Allah swt. Langkah awalnya ialah pasrah dan berdoa untuk Allah guna mewujudkan harapannya. Dia paling yakin bahwa Allah tentu mengabulkan bila tersebut baik guna dirinya. Tidak terdapat kesempatan untuk frustasi dan putus harapan untuk masuk ke dalam hatinya.

وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Dan tidak boleh kamu berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus harapan dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS.Yusuf:87)

Coba perhatikan, adakah makhluk yang lebih mulia dari Rasulullah saw? Adakah yang mempunyai keutamaan melebihi beliau?

Allah telah menyerahkan segalanya untuk beliau. Rasul dapat melihat kebelakang. Pohon dan bebatuan mengucap salam kepadanya. Kerikil juga bertasbih ditangannya. Jarinya dapat mengeluarkan air guna umatnya. Segala sesuatu telah diserahkan Allah kepadanya. Namun saat duduk bersimpuh dihadapan Tuhannya, beliau melulu berkata,

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ

Katakanlah (Muhammad), ”Aku tidak kuasa mendatangkan guna maupun menampik mudarat untuk diriku kecuali apa yang Dikehendaki Allah.” (QS.Al-A’raf:188)

Jika seorang yang mempunyai segala sesuatu saja berbicara seperti ini, adakah yang masih merasa dapat melakukan sesuatu tanpa butuh berdoa untuk Allah swt? Adakah yang masih memandang doa ialah langkah terakhir saat sudah terjepit?

Seorang mukmin seharusnya menjadikan doa sebagai tahapan awal dalam setiap aktivitas. Setiap bakal melangkah ia berdoa, “Ya Allah, tidak terdapat yang dapat menyelesaikan urusanku di samping Engkau, maka bantulah aku dan kabulkan doaku”

Jika anda tetap mengandalkan keterampilan diri anda saja, maka tidak boleh heran bila tidak sedikit kegagalan yang menanti. Karena seluruh yang terjadi ialah kehendak-Nya.

Aku Dekat !

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan bilamana hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai Aku, maka bahwasannya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa bilamana dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka tersebut memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, supaya mereka mendapat  kebenaran.” (QS.Al-Baqarah:186)

 

(وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ) Dan bilamana hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai Aku, maka bahwasannya Aku dekat.

Ada 13 pertanyaan yang direkam dalam Al-Qur’an. Dan ketika berkeinginan menjawab pertanyaan itu, Allah selalu memakai perantara Rasulullah saw guna menjawabnya. Seperti firman-Nya,

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ

Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” (QS.Al-Baqarah:219)

Ketika berkeinginan menjawab pertanyaan semua sahabat Nabi, Allah memakai kalimat “maka katakanlah (Wahai Muhammad)”. Allah tidak menjawabnya langsung namun melewati perantara Baginda Rasulullah saw.

Namun pada ayat yang berkata tentang doa, Allah berfirman, Dan bilamana hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai Aku, maka bahwasannya Aku dekat. Allah langsung menjawabnya tanpa melewati perantara Nabi. Tidak terdapat lagi perintah “Katakanlah (Wahai Muhammad)” untuk membalas pertanyaan ini.

Allah sendiri yang langsung menjawabnya, seakan hendak menjelaskan bahwa tidak terdapat hijab dan penghalang antara Allah dengan hamba-Nya.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي (Dan bilamana hamba-hamba-Ku) Allah mengawali ayat ini dengan ucapan-ucapan mesra yang memanjakan hamba-hamba-Nya. Dengan lembut Allah menyinggung hamba-Ku yang dinisbatkan langsung pada Dzat-Nya yang Maha Suci.

فَإِنِّي قَرِيبٌ (Maka bahwasannya Aku dekat) Saat Allah menyatakan kedekatannya untuk hamba-Nya, Allah menggunakan tidak sedikit Ta’kid menujukkan begitu dekatnya Allah dengan semua hamba-Nya.

إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

“Sesungguhnya Tuhan-ku paling dekat dan Mengabulkan (doa hamba-Nya).” (QS.Huud:61)

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

Seakan Allah hendak berkata,

“Hai hamba-Ku, janganlah bertanya dimana Aku. Dimanapun kau berada, disitulah Aku bersamamu. Aku ialah dzat yang sangat dekat denganmu”



Bahkan saat ada seseorang yang sedang sakarotul maut, semua keluarga dan kerabat berkumpul di samping ranjangnya, Allah melulu berfirman,

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَكِن لَّا تُبْصِرُونَ

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kalian, namun kalian tidak melihat.” (QS.Al-Waqi’ah:85)



Memang tidak terdapat dinding pemisah antara Allah dengan hamba-Nya melainkan manusia sendiri yang menghijabi diri dengan dosa, tetapi pada ayat ini Allah berkhitob untuk Rasulullah saw guna menegaskan bahwa beliau ialah pemimpin umat ini. Dan betapa baiknya ketika hendak mengetuk pintu Allah, kita melewati makhluk yang paling disukai Allah ini.

 Dalam ayat lain yang mengajarkan bahwa saat seorang hamba hendak mendapat ampunan dari Allah swt, maka ia mesti melewati kekasih-Nya terlebih dahulu.

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّاباً رَّحِيماً

“Dan sungguh, seandainya mereka sesudah menzalimi dirinya (berbuat dosa) datang kepadamu (Muhammad), kemudian memohon ampunan untuk Allah, dan Rasul  memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS.An-Nisa’:64)



Melihat kedekatan Allah untuk hamba-Nya, apakah seluruh doa bakal diterima? ketahuilah syarat terkabulnya doa? Bagaimana teknik dan tip berdoa yang benar? Simak kelanjutannya di Rahasia kekuatan Doa (Bag 2)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menelusuri rahasia kekuatan doa"

Posting Komentar